Lubang Ozon Besar Kembali Terdeteksi di Antartika

Pengukuran satelit di Antartika kembali mendeteksi adanya lubang raksasa di lapisan ozon. Lubang di area yang oleh para ilmuwan disebut sebagai “daerah penipisan ozon” ini berukuran 26 juta kilometer persegi, atau kira-kira tiga kali luas Brasil.

Satelit Copernicus Sentinel-5P milik Badan Antariksa Eropa membuat rekaman tersebut pada 16 September 2023, sebagai bagian dari program pemantauan lingkungan Uni Eropa.

Claus Zehner, manajer misi Copernicus Sentinel-5P, kepada DW mengatakan, ini adalah salah satu lubang ozon terbesar yang pernah mereka lihat.

“Satelit tersebut mengukur jejak gas di atmosfer untuk memantau ozon dan iklim. Hal ini menunjukkan bahwa lubang ozon tahun ini dimulai lebih awal dari biasanya, dan memiliki luas yang besar,” kata Zehner.

Para ahli mengatakan, lubang ozon tersebut kemungkinan tidak akan meningkatkan pemanasan suhu di permukaan Antartika. “Ini bukan masalah hackworthrealty.com bagi perubahan iklim,” kata Zehner.

Lapisan ozon adalah jejak gas di stratosfer, salah satu dari empat lapisan atmosfer bumi. Lapisan ini berfungsi sebagai gas pelindung yang menyerap radiasi ultraviolet (UV), melindungi manusia dan ekosistem Bumi dari tingginya paparan sinar UV.

Sebagian besar kanker kulit disebabkan oleh paparan radiasi UV dalam kadar tinggi. Jadi, apa pun yang melindungi kita dari sinar UV, akan membantu mengurangi angka penderita kanker.

Lubang Ozon Besar Kembali Terdeteksi

Ukuran lubang ozon di Antartika ini memang berfluktuasi setiap tahunnya. Lubang ozon biasanya terbuka setiap tahun pada bulan Agustus dan menutup kembali pada bulan November atau Desember.

Zehner mengatakan, lubang ozon tersebut terbuka karena rotasi bumi yang menyebabkan terjadinya semacam angin khusus di daratan Antartika yang tertutup.

“Angin menciptakan iklim mini, menciptakan perisai di atas Antartika yang mencegahnya bercampur dengan udara di sekitarnya. Saat angin mereda, lubang tersebut akan tertutup,” ujar Zehner.

Para ilmuwan mengatakan, lubang ozon besar tahun ini kemungkinan disebabkan oleh letusan gunung berapi di Hunga Tonga di Tonga selama Desember 2022 hingga Januari 2023.

“Dalam kondisi normal, gas yang dilepaskan dari letusan gunung berapi tetap berada di bawah lapisan stratosfer, namun letusan ini menyebabkan banyak uap air terlepas ke stratosfer,” kata Zehner.

Air menyebabkan perubahan pada lapisan ozon lewat reaksi kimia dan mengubah laju pemanasannya. Uap air tersebut juga mengandung unsur lain yang dapat merusak ozon seperti brom dan yodium.

“Tidak banyak bukti bahwa lubang ozon ini disebabkan oleh manusia,” kata Zehner.

Besarnya lubang ozon di Antartika tahun ini memang kemungkinan bukan akibat ulah manusia. Namun, para ilmuwan menyadari bahwa aktivitas manusia telah menciptakan lubang ozon yang sangat besar pada tahun 1970-an.

Pengukuran di darat dan lewat satelit telah mendeteksi lubang-lubang tersebut, yang disebabkan oleh meluasnya penggunaan bahan kimia yang disebut klorofluorokarbon.

“Penyebab penipisan ozon bukanlah kandungan aerosol dalam kaleng aerosol, namun propelan yang kita gunakan sebagai gas untuk mendorong larutan di dalamnya. Propelan gas ini mengandung klorin, yang dilepaskan jauh di stratosfer dan mengikis ozon,” kata Jim Haywood, profesor ilmu atmosfer di Universitas Exeter di Inggris.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here